- Seminar Kesehatan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
- Speech Contest
- Yuk Daur Ulang Sampah!
- Melawan DBD Dengan Fogging Di Masa Pancaroba
- Cinta Tanah Air Merupakan Fitrah
- Mengenal kekuasaan Dinasti Ayyubiyah
- Mengenal kekuasaan Dinasti Utsmaniyah
- Mengenal kekuasaan Dinasti Abbasiyah
- Masih Jamankah Ghosob Sendal?
- Riwayat ringkas imam al barjanji
Sholat Penolak Bala di Bulan Safar
Rebo wekasan

Jakarta - Rebo wekasan atau Rebo pungkasan adalah nama hari Rabu terakhir di bulan Safar,
dimana konon katanya di hari ini diturunkan semua bala-bala atau musibah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bala berarti “malapetaka”, “kemalangan”,
atau “cobaan”.
Adapun makna bala menurut islam secara etimologi berarti ujian (Al-Ikhtibar), ujian yang bisa berupa kebaikan ataupun keburukan.
Baca Lainnya :
- KOMINFO dengan Lembaga Dakwah PBNU: Pentingnya Teknologi dan Budaya Digital Dikalangan Santri 0
- Bolehkah Perempuan Memakai Parfum Menurut Ajaran Islam? Begini Penjelasannya 0
- IDUL ADHA0
- Muhadloroh Kemerdekaan0
- Pelantikan Pengurus IP3 / 4DR dan Bagian Pengembangan Bahasa Masa Bakti 2022-20230
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Anbiya:21 ayat 35 yang berbunyi
“كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ “
yang berarti “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”.
Dan
yang dimaksud dalam Rebo wekasan ini adalah menolak bala yang buruk, seperti gempa
bumi, banjir, tanah longsor, sakit, kerusuhan, kekurangan, dan lain-lain.
Tradisi Rebo wekasan pertama kali terjadi pada masa Wali Songo, yang mana
pada waktu itu banyak ulama Indonesia yang mengatakan bahwa pada bulan Safar,
Allah menurunkan lebih dari 500 macam penyakit. Untuk mengantisipasi terjadinya
bala ini, para ulama berupaya memperbanyak ibadah, dan berdoa kepada Allah.
Adapun di beberapa daerah seperti Aceh, Maluku, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
dan lainnya memiliki tradisi masing-masing dalam berupaya menolak bala.
Contohnya Makmegang yang dilaksanakan di tepi pantai oleh sebagian
masyarakat Aceh yaitu berdoa bersama yang dipimpin oleh Tengku ataupun tokoh
agama lainnya.
Ada banyak cara untuk melaksanakan rebo wekasan selain membaca doa
dipinggir pantai, membaca tahlil dan yang lainnya. Dalam hal untuk menolak bala
ini juga bisa dilaksanakan dengan sholat Rebo wekasan menurut sebagian ulama.
Akan tetapi terjadi pro dan kontra oleh para ulama akan melaksanakan sholat
Rebo wekasan ini, pada dasarnya sholat Rebo wekasan ini berasal dari fatwa
ulama bukan dari Hadist Nabi, memang banyak para ulama yang dikasyaf oleh Allah
yakni dibuka mata batinnya, atau dalam artian lain para ulama mendapatkan ilham
dari Allah.
Ilham adalah petunjuk yang timbul dari hati atau bisikan hati yang datang
dari Allah SWT kepada ulama ataupun waliyullah. Menurut mayoritas ulama Ushul
Fiqh, ilham tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum, wajib, sunnah, mubah,
makruh ataupun haram. Oleh karena itu, terjadilah pro dan kontra antar ulama
akan sholat Rebo wekasan ini.
Adapun tata cara sholat Rebo wekasan yaitu 4 rakaat, diawali dengan niat
untuk menolak bala
اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلّهِ تَعَالَى""
Rakaat yang pertama itu membaca
surah Al-Kautsar sebanyak 17 kali, kemudian rakaat kedua yaitu membaca surah Al-Ikhlas
sebanyak 5 kali, kemudian rakaat ketiga yaitu membaca surah Al-Falaq satu kali,
dan adapun dirakaat terakhir membaca surah An-Naas satu kali, selesai sholat
lalu dilanjut dengan membaca doa daf’il bala :
بسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمْ يَاشَدِيْدُ
الْقُوَّى وَيَاشَدِيْدَ الْمِحَالِ اّللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُبِكَ بِكَلِمَتِكَ
التَّآمَّاتِ كُلِّهَا مِنَ الرِّيحِ الْاَحْمَرِ وَمِنَ الدَّاءِ الْاَكْبَرِ فِي
النَّفْسِ وَالدَّمِّ وَاللَّحْمِ وَالْعُظْمِ وَالْجُلُوْدِ وَالْعُرُوقِ
سُبْحَانَكَ إِذَاقَضَيْتَ اَمْرًا أَنْ يقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونَ, اَللهُ
اَكْبَرْاَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ برحمتك يآارحم الرّا حمين
Yang berarti : “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.
Dilanjut dengan membaca surah Yasin, ketika pada
ayat 58 yang berbunyi “ سَلاَمٌ قَوْلاً مِّنْ رَّبٍّ رَّحِيْمٍ “ dibaca sebanyak 313 kali.
Salah satu ulama dunia yang melakukan sholat ini yaitu Habib Salim Asy-Syatibi dari yaman.
Wallahu a'lam
