Makna di Balik Hari ‘Āsyūrā’: Saatnya Melapangkan Hati dan Nafkah untuk Keluarga
Sabtu, 2025-07-05 | 20:25:23


Tanggal 10 Muharram atau yang dikenal sebagai Hari ‘Āsyūrā’ bukan hanya momentum untuk memperbanyak ibadah, berpuasa, atau mengenang sejarah hijrahnya para nabi. Di balik hari mulia ini, Islam juga mengajarkan nilai yang sangat relevan dalam kehidupan keluarga: aneka bentuk kasih sayang yang nyata, termasuk dalam bentuk nafkah dan perhatian.
Dar al-Ifta’ Mesir—lembaga fatwa resmi negara Mesir—menyatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) bagi seorang Muslim untuk melapangkan nafkah kepada keluarganya pada hari ‘Āsyūrā’. Anjuran ini bukan tanpa dasar. Beberapa riwayat hadis menyebutkan keutamaan dari perbuatan mulia ini.
Di antara hadis yang menjadi landasan adalah sabda Rasulullah ﷺ dari sahabat Abū Sa‘īd al-Khudrī radhiyallāhu ‘anhu:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barang siapa melapangkan (nafkah) kepada keluarganya pada hari ‘Āsyūrā’, maka Allah akan melapangkan (rezekinya) sepanjang tahun.”
(HR. Ibnu Abī Dunyā, ath-Thabarānī, dan al-Baihaqī)
Riwayat serupa juga datang dari sahabat Jābir bin ‘Abdillāh radhiyallāhu ‘anhumā. Ia berkata bahwa dirinya mendengar langsung Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barang siapa melapangkan (nafkah) atas dirinya dan keluarganya pada hari ‘Āsyūrā’, maka Allah akan melapangkan atasnya sepanjang tahunnya.”
Yang menarik, Jābir tak hanya meriwayatkan, tapi juga memberikan testimoni pribadi:
جَرَّبْنَاهُ فَوَجَدْنَاهُ كَذَلِكَ
“Kami telah mencobanya dan benar-benar mendapatkannya seperti itu.”
Begitu pula yang dikatakan oleh Abū az-Zubair dan Imam Syu‘bah—dua perawi hadis terkemuka di kalangan tabi‘in.
Bahkan, ulama besar dari mazhab Hanafi, Ibnu ‘Ābidīn, menegaskan pentingnya hadis ini dalam Ḥāsyiyah Radd al-Muḥtār. Beliau mengutip ucapan Jābir yang berkata:
جَرَّبْتُهُ أَرْبَعِينَ سَنَةً فَلَمْ يَتْخَلَّفْ
“Aku telah mencobanya selama empat puluh tahun, dan selalu maknyosss”
Bukan Soal Jumlah, Tapi Niat dan Perhatian
Melapangkan nafkah tidak selalu berarti belanja besar-besaran atau memberi hadiah mewah. Bisa jadi bentuknya sederhana: membeli makanan kesukaan anak-anak, memasakkan sesuatu yang istimewa, atau sekadar meluangkan waktu berkumpul dengan hati yang lapang.
Pesannya jelas: Islam ingin kita menjadikan momen-momen spiritual seperti ‘Āsyūrā’ sebagai momentum untuk menyemai kasih sayang dalam rumah tangga. Karena keberkahan hidup sering kali lahir dari perhatian kecil yang penuh cinta.
Dalam era yang serba cepat dan sibuk, ajaran Rasulullah ﷺ ini seolah mengingatkan kita untuk melambat sejenak dan mengalirkan cinta kepada orang-orang terdekat kita. Bukan hanya karena itu mulia, tapi juga karena janji Allah:
“Siapa yang melapangkan untuk keluarganya di hari ‘Āsyūrā’, Allah akan melapangkan untuknya sepanjang tahun.”
KATEGORI YANG SAMA


Sholat Penolak Bala di Bulan Safar
Rebo wekasan