Masa Kejayaan Islam di Codoba, Spanyol.
Kamis, 2022-10-06 | 17:05:19


Jejak kejayaan Islam tak hanya meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.
Secara geografis,
Cordoba terletak di Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol. Kota bersejarah
itu bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir.
Kota yang awalnya bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat itu, nama Cordoba mulai termasyhur. Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota itu dan menjadikannya sebagai ibu kota negara Meridional Spanyol pada 169 SM.
Julius Caesar, panglima
militer dari Romawi juga sempat menaklukan Cordoba pada tahun 45 M. Lima abad
kemudian, Cordoba berada dalam kekuasaan Byzantium di bawah komando Raja Goth
Barat.
Sejarah
Cordoba memasuki babak baru ketika Islam datang ke wilayah itu pada 711 M atau
93 H. Di bawah komando Tariq bin Ziad, tentara Islam yang membawa pesan dakwah
dan berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth Barat, Kekaisaran Visigoth.
Misi penaklukan yang dilakukan Tariq bin Ziad itu dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715) dari Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Dengan
dikuasainya Spanyol, 700 tentara kavaleri Islam yang dipimpin panglima perang
Mugith Ar- Rumi, seorang bekas budak, dengan mudah menguasai Cordoba.
Penaklukan Cordoba dilakukan pada malam hari. Mugith Ar- Rumi dengan pasukan berkudanya berhasil mendobrak tembok Cordoba. Selain menguasai Cordoba, pasukan tentara Islam juga menaklukan wilayah-wilayah lain di Spanyol seperti, Toledo, Seville, Malaga serta Elvira.
Selama pemerintahan Umayyah berpusat di Damaskus,
Toledolah yang menjadi ibu kota Spanyol.
Cordoba baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Setelah dikalahkan Abbasiyah, Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol.
Cordoba pun
mulai menjadi pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman
Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Masa
masuk dan berkembangnya Islam di Cordoba itu berlangsung
dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordoba mulai menggeliat.
As-Samah bin Malik Al- Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangunkan dan
mengembangkan Cordoba hingga menjadi salah satu sebuah kota terbesar di Eropa.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordoba disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa.
Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I berupaya untuk
mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli
syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordoba.
Puncak
kejayaan dan masa keemasan Cordoba di bawah pemerintahan Islam mulai
berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman
pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordoba telah mencapai kejayaannya
hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Tak
heran, bila pada era itu Cordoba memapu mensejajarkan diri dengan Baghdad
sebagai ibu kota pemerintahan Abbasiyah. Tak cuma itu, Cordoba juga setaraf
dengan Konstantinopel, ibu kota kerajaan Bizantium sera Kaherah (Kairo),
ibukota kerajaan Fatimiah.
Pada
saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang
amat jauh seperti India dan Cina. Pada era kejayaan itu, Cordoba mengalami
kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan intelektual. Pada
masa kekuasaan Abrurrahman III, berdirilah Universitas Cordoba yang termasyhur
dan menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai
wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba ilmu.
Dari
universitas inilah, Barat menyerap ilmu pengetahuan. Salah satu mahasiswa
Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah Gerbert d’Aurillac (945-1003),
yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol,
dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan
geometri kepada para muridnya.
Geliat
pendidikan di Cordoba makin bersinar pada era pemerintahan Al-Hakam Al-Muntasir
sehingga digelari Khalifah yang alim. Sebanyak 27 sekolah swasta berdiri pada
masa itu. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah menambah semarak perkembangan
ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya mencapai 400 ribu orang. Padahal, volume
kunjungan perpustakaan besar di Eropa lainnya, kala itu, paling tinggi mencapai
1.000 orang. Saat itu, terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis
kitab suci Alquran dengan huruf Kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun
bisa belajar secara gratis di 80 sekolah yang disediakan Khalifah. Pendidikan
yang tinggi pun diimbangi dengan kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan
pun tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur megah bermunculan. Ketika
malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota diterangi lampu hias yang
cantik dan anggun. Kota Cordoba pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah
menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka
bersantai di taman yang dipenuhi bunga dan tata landskap.
Cordoba
juga dihiasi Istana Az-Zahra yang indah. Kota ini didirikan Kalifah Abdurahman
III dan dilanjutkan Khalifah Alhakam II. Medina Azzahara, awalnya diperuntukan
sebagai pusat pemerintahan Andalusia. Letaknya sekitar 5 km dari pusat kota
Cordoba. Sejarawan berkebangsaan Turki, Zia Pasya melukiskan keindahan istana
itu sebagai mukjizat yang belum pernah tergambar dalam benak pembangunan
manapun sejak dunia ada.
Pada
masa itu, di Cordova terdapat 283 ribu unit rumah tinggal, 900 kamar mandi
umum, 800 unit sekolah serta 50 unit rumah sakit. Sebuah kota yang ideal.
Pemerintahan Abdurrahman III telah menciptakan ketentraman bagi rakyatnya.
Sepertiga dari penerimaan tahunan yang mencapai 6,245 juta keping emas digunakan
untuk belanja negara. Sisanya, dialokasikan untuk pengembangan pertanian,
industri dan perdagangan. Rakyat pun sejahtera.
Sayang,
masa kejayaan itu hanya bertahan 320 tahun dan harus berakhir tragis. Dinasti
Umayyah di Spanyol pun runtuh akibat pertikaian dan perebutan. Dinasti Umayyah
digulingkan Dinasti Amiriyah. Hingga akhirnya pada 1031 M, Islam terusir dan
terhapus dari Cordoba.
KATEGORI YANG SAMA


Sholat Penolak Bala di Bulan Safar
Rebo wekasan