Dinasti islam
Mengenal kekuasaan Dinasti umayyah
Minggu, 2022-10-23 | 07:58:04


Dinasti Umayyah, merupakan pemerintahan kaum
Muslimin yang berkembang setelah masa Khulafa al Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M. Dinasti Umayyah yang
berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Perang
yang dimaksudkan untuk menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan
itu, semula akan dimenangkan oleh pihak Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan
itu, Muawiyah segera mengajukan usul kepada pihak Ali untuk kembali kepada
hukum Allah.
Dalam peristiwa tahkim itu, Ali telah
terperdaya oleh taktik dan siasat Muawiyah yang pada akhirnya ia mengalami
kekalahan secara politis. Sementara itu, Muawiyah mendapat kesempatan untuk
mengangkat dirinya sebagai khalifah sekaligus raja.
Dinasti inilah yang untuk pertama kalinya
mendobrak sistem pemilihan pemimpin yang sedari awal dijalankan secara
musyawarah mufakat menjadi sistem keluarga atau monarki.
Peristiwa ini di masa kemudian menjadi awal
munculnya pemahaman yang beragam dalam masalah teologi, termasuk tiga kekuatan
kelompok yang sudah mulai muncul sejak akhir pemerintahan Ali yaitu Syiah,
Muawiyah, dan Khawarij.
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah
bin Abu Sufyan bin Harb. Nama Dinasti Umayyah dinisbahkan kepada Umayyah bin
Abd Syams bin Abdu Manaf. Muawiyah selain sebagai pendiri juga sebagai khalifah
pertama Bani Umayyah. Muawiyah dipandang sebagai pembangun dinasti ini, oleh
sebagian sejarawan dipandang negatif sebab keberhasilannya memperoleh legalitas
atas kekuasaannya dalam perang saudara di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam
diri Muawiyah terkumpul sifat-sifat sorang penguasa, politikus, dan
administrator.
Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah terdapat
beberapa khalifah yang sangat berpengaruh. Di antaranya adalah Al Walid bin
Abdul Malik Umar bin Abdul Aziz.
Di bawah kepemimpinan Al Walid bin Abdul Malik,
kekuasaan islam meluas ke Spanyol atas peran pasukan yang dipimpin Thoriq bin
Ziyad. Bukan hanya itu, karena kekayaan kerajaan yang semakin menumpah ruah,
sektor pembangunan sangat diutamakan. Pembangunan masjid-masjid, pabrik-pabrik
dan sumur digalakkan.
Di antara masjid yang dibangun adalah Masjid Al
Amawi di Damaskus, Masjid Al Aqsa di Yerussalem dan perluasan masjid Nabawi di
Madinah. Selain membangun masjid, Al Mawlid juga turut membangun rumah sakit
untuk para penyandang penyakit kusta di Damaskus. Pada zaman inilah, peradaban
Islam mengalami kemajuan.
Sementara itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz
sangat terkenal dengan kekayaannnya. Namun, setelah menjabat sebagai khalifah,
beliau menjalani hidup dengan segala kesederhanaan dan terkenal dengan sifat
jujur dan adilnya. Selain terkenal karena sifatnya, Umar bin Abdul Aziz juga
terkenal dengan keluasan ilmunya, khususnya di bidang ilmu hadis.
Pada masa inilah, untuk pertama kalinya Umar bin
Abdul Aziz memerintahkan secara resmi untuk mengumpulkan hadis. Ia juga
mendamaikan konflik panjang yang terjadi antara sekte Amamiyah, Syiah, dan
Khawarij.
Harus diakui memang, masa kepemimpinan Bani
Umayyah terdapat banyak sekali kemajuan yang telah dicapai, baik di bidang
politik, maupun di bidang keilmuan. Pada waktu itu, banyak sekali kebijakan
yang dikeluarkan oleh para khalifah Bani Umayyah yang menguntungkan masyarakat,
khususnya umat islam.
Banyak sekali ekspansi yang dilakukan secara
besar-besaran sehingga kekuasaan Islam meluas sampai ke Afrika Utara bahkan
Spanyol. Bukan hanya itu, perkembangan pesat terlihat dari segi peradaban yang
ditandai dengan semakin banyaknya corak-corak bangunan yang indah dan
dibangunnya fasilitas umum yang tidak pernah ada sebelumnya. Di segi
pemerintahan, administrasi adalah hal yang paling utama dibenahi ketika itu.
Pun dengan perkembangan keilmuan, Bani Umayyah
menjadikan kota Makkah dan Madinah tempat berkembangnya musik, lagu, dan puisi.
Sementara di Irak (Bashrah dan Kufah) berkembang menjadi pusat aktivitas
intelektual di dunia Islam. Sedangkan di Marbad, kota satelit di Damaskus,
berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, dan cendikiawan lainnya.
Banyak sekali bidang keilmuan yang berkembang
saat itu, di antaranya adalah ilmu bahasa Arab, ilmu qiro’at, ilmu hadis, ilmu
fiqih sampai ilmu biografi yang sudah berkembang pada masa itu.
Namun, semua itu sirna begitu saja semenjak
munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Bani
Umayyah, seperti kelompok Khawarij, Syi’ah, dan kelompok muslim non-Arab (mawali).
Tidak adanya kejelasan sistem dan ketentuan
pergantian khalifah disinyalir sangat kuat menjadi dalih ketidakpuasan
tersebut. Ditambah lagi tidak ada niatan atau sikap untuk menggalang persatuan
menjadi hal paling krusial sehingga antara kedua belah pihak yang bersaing
malah semakin meruncing menuju konflik.
Bukan hanya itu saja, sikap bermewah-mewahan
sebagian keluarga di lingkungan khalifah membuat mereka tidak mampu menanggung
beban negara yang sangat berat. Terlebih, terbunuhnya Khalifah Marwan bin
Muhammad oleh tentara Abbasiyah di kampung Busir daerah Bani Sueif menjadi
tanda berakhirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus.
KATEGORI YANG SAMA


Sholat Penolak Bala di Bulan Safar
Rebo wekasan